
Ya, cuma dia. Cuma dia satu-satunya yang berani negur, berani ngingetin kalu salah, berani ngebantah argumen-argumen aku kalau memang ga bener. Yang rela dengerin cerita-cerita dan curhatan aku yang bisa dibilang ga penting-penting amat ampe tengah malem dan besok paginya mesti berangkat kerja pagi-pagi , dan sore tadi dia baru saja menyadarkan aku betapa sifat blak-blakan dan kejujuran yang aku miliki tak jarang membuat orang-orang tersinggung dan merasa tersakiti. Dia sudah menasehati sebelumnya, terimakasih sudah mengingatkan kembali
Yah, aku dibesarkan dengan latar belakang keluarga yang mengajarkan dan mengutamakan kejujuran, kalau suka bilang suka, kalau iya bilang iya, kalau gak ya bilang enggak. Satu lagi mungkin dari intonasi suara yang memang terkesannya jutek dan marah-marah. Padahal dalam hati sebenarnya niatnya baik, tapi ga tau kenapa keluarnya malah begitu . Itu nada bicara emang udah dari sononya ya, jadi emang agak susah juga ngerubahnya, tapi walaupun sulit aku kini tengah berusaha merubahnya, semoga saja tak ada lagi yg tersakiti saat mendengarnya.
Ya, jujur itu baik. Namun terkadang kejujuran yang blak-blakan itu juga menyebabkan ketersinggungan. Aku baru tau kalau ternyata dulu banyak diantara kalian yang merasa tersakiti oleh lisan ini, bahkan ada yang katanya sampe berurai air mata. Maapkeun, maapkeun sangat ya teman-teman semuanya, sungguh tak ada niat untuk seperti itu sebenarnya. Tapi memang lidah itu tak bertulang.
Ada satu alasan mungkin yang menyebabkan mengapa aku memiliki salah satu kepribadian dan sikap yang begitu. Aku masih melakukan proses cleansing diri untuk mencari akar permasalahannya. Karena tentu saja ini sudah mengakar lama tanpa aku sadari dan tahu persis apa penyebabnya. Semoga itu penyebabnya segera ketemu dan nisa move on untuk jadi lebih baik lagi yaa, Aamiin.