Pages

20160413

Bersediakah?

Kalu kata bang Tere Liye sih gitu,
Jangan cari yang bersedia disaat seneng dan happy-happy aja,
karena menikah tak sesederhana itu,

Tapi cari juga yang bersedia:
marah-marahan,
ngambek-ngambekan,
Baper-baperan,
berantem-beranteman,
tinju-tinjuan,
gulat-gulatan,
sumo-sumoan,
Karate-karatean,
balap-balapan,
Lari-larian,
ehh, kenapa malah jadi ke olahraga pula perginya? 😅

Yah, intinya kurang lebih begitu,
Karena emosi juga begitu adanya, bervariasi..
datang dan pergi saling berotasi,
silih berganti sesuai suasana hati,

Aiiissh, ngomong apaan sih gue? 😅😅😅

Jadi intinya,
Bersediakah?
Bersediakah?
Bersediakah kamu?
(Sambil kedip-kedipin mata yang membulat dan berkaca-kaca sambil meletakkan kedua telapak tangan di dagu versi kartun-kartun anime)







#baiklah, abaikan saja.
angap saja ink efek ketidakstabilan emosi yg disebabkan pengaruh hormonal (membela diri 😜)

20160327

Antara Aku dan Manggis

Ada apa antara aku dan manggis? gak, gak ada hubungan apa-apa kok. Hubungan kita baik-baik aja, simbiosis mutualisme 😁

Jadi tadi pagi itu nganterin mama belanja ke pasar. Karena emang dasarnya suka buah, jadilah suka minta ke mama beliin buah ini dan itu. Ehh, dasarnya emak-emak yang perhitungan dan kali-kali nya untuk hemat itu super duper ketat sekali (dijamin guru matematika aja kagak ngerti itu rumusnya) mama itu suka mikir-mikir dulu buat ngabulin permintaan anaknya ini apa kagak.

Secara aku udah pasang tampang innocent, kedip-kedip, mencoba ber indirect speech sama mama, semoga mama peka dengan kode-kode yang aku berikan. Peka sih, cuma dibelikannya ga sesuai yg diinginkan, hiks.. Alhasil jadilah mulai saat ini kalu nganterin mama kepasar bawa duit sendiri. Jadi nnti kalu ada buah yg dipengen bisa beli. Tinggal minta tolong mama aja buad nawarin dan milihin mana yang seger-seger.

Jadilah, sebenernya tadi pas nganter mama ke pasar berharap si bapak-bapak yang jualan manggis imut-imut kemarin masih jual itu manggis. Soalnya kemaren pas minta beliin mama cuma di beliin stngah kilo doank, ya langsung abis sekali makan 😂😂😂.
Okeh, setelah kode2 mama, akhirnya mampir juga deh tu ke tempat bapak-bapak yg kemarin jualan manggis. Alhamdulillaah manggis imut-imutnya masih ada.

Eh, walau imut-imut gitu manggisnya manis loh ya. Manis banget. Kalu kata orang minang, "manyalinok bana manihnyo". Mama nanya, mau berapa van? Setengah aja lah ya? Aku langsung bilang, sekilo aja ya ma, please (dengan mata berbinar-binar) biar vanny aja yg bayar sambil ngeluarin duit dari saku 😁 mak saya senyum sambil geleng-geleng kepala saja. Dalam hati berkata, yes, alhamdulillaah berhasil dan ga kena protes!! 😊😁

Okeh, sudah cukup intro dan pembukaannya sepertinya. Sesampainya di rumah, mama heran dan bertanya "kenapa sih segitu sukanya ama manggis van? Biasanya lebih suka semangka?"
"Iya ma, semangka suka juga. Tapi manggis ini kan langka. Musim-musiman. Ga tiap hari juga ada yg jual di pasar"
Sambil manggut-manggut dan ikutan makan manggis tiba-tiba mama nyeletuk,
"Oh iya, waktu mama hamil vanny dulu, mama kan emang ngidam pengen makan manggis. Pantesanlah suka bgt gini ya van"
Dan mama pun tertawa setelah bernostalgia dengan masa kehamilannya saat mengandung aku dulu.

Nah loh ma, berarti yg ngebuat vnny jadi suka manggis itu mama ya? Tadi malah nanya kenapa bisa suka banget 😅. Hahaha, jadilah kita ketawa-ketiwi sambil menikmati manggis yang manis ini.

Eh, tapi beneran loh ya, selama ini suka manggis, aku baru ngeliat pohonnya langsung itu akhir tahun 2015 kemaren pas main ke kebun raya bogor. Kalu ga ga bakal tahu deh tu bentuk pohonnya bagaimana. Dulunya ngirain kalu pohonnya itu kaya pohon markisah gtu, yang tumbuhnya merambat. Eh ternyata pohonnya tinggi gede kaya pohon jambu bol.

Soalnya dulu waktu aku masih kecil, tiap beli buah manggis, pasti ada aja yg ngasih tebakan lawas ini "bertelur di awang-awang, menetas di telapak tangan, apakah itu?" Yah, si buah manggis itu jawabannya. Kirain manggisnya mengawang-awang kaya markisah gtu, padahal semua buah yg batangnya tinggi emang buahnya pada tergantung di awang-awang yak, hehehe.

Lanjut, ada satu ibroh ni sepertinya yang bisa kita ambil.dari si buah manggis ini. Jangan suka su'udzon, jangan menilai sesuatu hanya dari luarnya saja. Sama kaya manggis ini, siapa sangka buah yang bewarna ungu kehitaman dan jelek ini, ternyata memiliki isi yang putih bersih dan manis luar biasa banget rasanya? Makanya kalu belum kenal seseorang itu secara mendalam, ga usah menghakimi dulu, ga usah nge judge yg enggak-enggak dulu. Karena siapa yg tahu, walau luarnya itu ganas, serem, eh tapi hatinya baik, sifatnya dermawan, who knows kan??

Jadi, intinya ga boleh suudzon. Ga boleh asal nge judge. Karena bisa jadi orang yang kita judge itu jauh lebih baik daripada kita. Dan jangan tertipu hanya karena melihat luarannya yang cantik, bagus dan indah. Karena apa yang ada di dalamnya belum tentu begitu. So, jadilah seperti buah manggis. Yang tampilannya sederhana dan apa adanya, namun memiliki isi yang putih, bersih, dan manisnya luar biasa.

20160324

Karena Rezeki takkan Tertukar

Akhir-akhir ini berita dan media sosial dihebohkan dengan demonya para pengemudi taxi dengan hadirnya taxi yang berbasis online, atau dulunya kita sempet denger juga ojek pangkalan yang ga terima dengan kehadiran ojek online atau yang lebih kita kenal sebagai gojek. Mengapa?
Atau jauh sebelum ini, banyak hal serupa tapi tak sama yang terjadi seperti ini. Mungkin kita yang tidak meyadari, tapi inilah yang terjadi. Masih ingatkah betapa dulu sewaktu saya masih duduk di bangku berseragam putih dongker dan putih abu-abu, hape dengan merk nokia itu menjadi primadona. Luar biasa sekali rasanya kalu sudah punya hape dengan brand tersebut, walaupun bukan series yg terbaru.

Namun seiring berjalannya waktu, dan berkembangnya inovasi dan teknologi, perusahaan hndphone yang merajai pasaran dunia itupun dikalahkan dengan inovasi terbaru komunikasi yang kini kita kenal sebagai android, bahkan brand "apple" nya steve job juga hampir kalah saing dalam penjualannya.

Dulunya kita yang harus berbelanja kepasar tradisional untuk mencari-cari ikan segar, kini di kota-kota besar kita bisa membeli ikan-ikan segar melalui pusat perbelanjaan dengan penyejuk ruangan. Tak hanya ikan, sayur, buah, sembako, furniture, alat elektronik, hingga pakaian dijual di satu tempat yang sama. Tapi proteskah para pedagang-pedagang yang masih berjualan di pasar tradisional dengan pengusaha pusat perbelanjaan modern?

Begitu juga kita yang biasa membeli barang kebutuhan sehari-hari ke warung kelontong milik tetangga, namun kini lebih tertarik untuk berbelanja ke mini market - mini market dengan penyejuk udara. Yah, mini market ini telah mejamur kehadirannya dimana-mana. Termasuk di kota.kecil yang aku diami saat ini. Siapa sangka kehadiran mereka disini pun menjamur banyaknya. Padahal barang yang dijual disana kurang lebih sama dengan yang dijual di warung tetangga kita. Lalu, apakah pemilik warung protes dan lantas malah gulung tikar?

Begitu juga dengan ramainya toko-toko online yang menjamur adanya. Yang menjual segala macam benda. Kita tidak perlu kemana-mana. Cukup duduk manis dan memilih-milih dengan smartphone yang kita punya. Tinggal transfer, lalu barang yang kita inginkan akan tiba dirumah tanpa harus kemana-mana. Lalu tutupkah toko-toko yang ada? Tidak, mereka tetap buka karena percaya tetap ada pelanggan yang akan datang dan membeli barang dagangan mereka.

Begitu juga dengan kemudahan komunikasi saat ini. Saat dulu surat menyurat adalah sarana komunikasi satu-satunya untuk.menghubungi seseorang yang jauh disana. Berukar kartu pos dan surat menyurat. Hingga lahirlah lagu "surat cinta" dari Vina Panduwinata yang ikut melejitkan nama pak pos yang berjasa. Tapi kini, dengan kemudahan teknologi yang ada, berkirim surat pun sudah mulai kurang tenarnya. Kini kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang dari belahan bumi mana saja dengan biaya yang terjangkau. Yah, sejak ada internet, whatsapp, line ,bbm dan apapun nama aplikasi chattingan lainnya.

Lalu, apakah pak pos marah dan puus asa? Karena profesinya sudah bisa diambil alih oleh semua aplikasi chattingan yang ada? Jangankan mengirim pesan, dengan kecanggihan teknologi pun kini kita bisa vodeo call. Walaupun berbeda kota dan negara, tapi kita masih bisa berkomunikasi sambil bertatap muka. Luar biasa memang kecanggihan dan inovasi teknologi yang ada.saat ini.Tapi pak pos masih setia dengan tugasnya untuk mengantarkan surat-surat yang ada. bukannya malah protes dengan segala kemudahan komunikasi yang ada.

Tapi, walau bagaimanapun berkembangnya inovasi dan teknologi saat ini, mengapa harus putus asa dan merasa seolah-olah merka merebut lahan dan rezeki kita? Bukankah jauh sebelum lahir sudah Allah tetapkan 3 hal.atas diri kita: rezeki, jodoh, dan juga maut. 

Lalu mengaoa harus risau? Bukankah rezeki itu takkan tertukar? Jangan gantungkan rezeki pada orang lain, jangan berharap kepada orang lain, berharap, bergantung, dan memintalah kepada Yang Maha Kaya, Yang Maha Memberikan rezek. Siapa? Allah SWT. Ya, rezeki itu Allah yang ngatur, Allah yang kasih, Allah yang beri. Sedangkan hewan yang lemah dan kecil tak berdaya saja dijamin rezekinya sama Allah apalagi kita manusia yang di anugrahi akal dan pikiran.

Yang Allah mau, adalah kita berusaha semaksimal mungkin. Berusahalah semampunya. Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mencari rezeki-Nya. Karena rezeki takkan kemana. Rezeki takkan tertukar. Berusaha saja semaksimal yang kita mampu. Tapi ingat, berusahalah untuk mencari rezeki sebaik-baiknya. Bukan mencari berapa banyak nilainya, tapi carilah berkahnya dan dengan cara yang halal untuk mendapatkannya. Insyaallah itu lebih berkah.

Terkadang perkembangan zaman saat ini memang membuat kita geleng-geleng kepala. Tapi sikapilah ini semua dengan bijak. Sikapi dengan hati, bukan dengan emosi. Sekali lagi percayakan saja rezeki kita pada yang maha memberikan rezeki. Percayalah, Rezeki iu takkan tertukar. Kalau memang rezeki, insyaAllah ga kemana. Jadi, ga usah iri ya sama rezeki orang lain. yang penting itu usaha dan bagaimana kita mendapatkannya, apakah dari jalan yang di ridhoi Nya atau malah dari jalan yang di murkaiNya.























_iseng kepikiran soal perkembangan zaman dan rezeki, soalnya di kantor sistem lagi rusak dan ga bisa kerja juga. Selamat siang...._

20160321

Hujan part 2

Alhamdulillaah hari ini hujan kembali turun menyapa bumi.
Finally, akhirnya kesampaian juga bisa ujan-ujanan pas pulang kerja.
Basah sih, tapi happy (: #nostalgila #masakecilterlalubahagia soalnya, hehe.
 

Katanya sih ga boleh ngaku-ngaku pecinta hujan kalau masih takut kebasahan karena hujan-hujanan,
Aku ga takut hujan, ga takut basah juga, cuma terkadang malu aja kalu kepergok atau ketauan lagi mandi hujan, hihihi.


ya, sore ini hujan kembali menyampaikan rindunya langit kepada bumi.
Hujan merupakan bukti cinta langit kepada bumi.
Karena walaupun mereka berjauhan,
Langit tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi bumi.


yah, jika langit gelap adalah kerinduan,
Maka hujan adalah pertemuan.
Hei, tapi aku tak rindu.
Cukup temui aku dalam doamu yang paling khusyu'
dan hanya ingin menyampaikan pesan yang satu,
Sampai ketemu di depan penghulu (":





Baiklah, abaikan saja.
Mungkin sedikit baper karena ngeliatin hujan dari balik jendela.
  

20160317

Having Mood or Being Mood

Copy dr grup WA,
Semoga bermnafaat, kembali ke intinya, bahwa bahagia itu sederhana(:



KISAH (NYATA) DI BALIK RASYAD FOUNDATION

Anak kecil ini hebat, namanya Rasyad asal Kuwait, usia 7 tahun, putera tunggal milyuner Kuwait.

Saat itu ia terbaring di rumah sakit, 23 hari diopname tanpa di-temani papa mamanya yang kebetulan sibuk dengan pekerjaannya.

Hari ke-23, papa mamanya datang menjenguk dan meminta maaf karena tak sempat mendampinginya.
Papa mamanya menghiburnya sambil berkata, "Papa mama sibuk untuk mempersiapkan masa depanmu sayang."
Papa mamanya menunjukkan foto2 proyek dan rumah yang tengah dibangunnya untuk dirinya kelak, disamping rumah yang tengah di tempatinya sekarang.

Anak ini tersenyum dan bertanya,
"Siapa yang bisa menjamin hari esok saya masih hidup, papaku dan mamaku?
Siapa yang menjamin semua yang papa mama miliki saat ini adalah untukku?
Dan apa manfaat semua yang papa mama miliki apabila nanti tak ditempati?"

Anak yang baru sekolah di kelas SD ini pun akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan  senyuman yang betul2 "memukul" hati orangtuanya.
Apa yang terjadi pada orangtuanya selepas wafatnya ananda tercintanya merupakan kisah yang tak kalah mengharukan.

Setelah anak kecil itu dikuburkan, rumah tangga menjadi senyap, sesekali terdengar isak tangis, tangis kesedihan bercampur penyesalan. Kesedihan mendalam memang seringkali ditandai dengan diam, walau tak jarang juga ditandai dengan teriakan umpatan kesedihan atau jeritan duka.

Hari2 berlalu dengan evaluasi kehidupan pasangan ini. Sayangnya, evaluasi yang dilakukan bukan didasarkan pada kedewasaan pikir dan ke-matangan emosi.

Si suami menyalahkan si istri yang ikut2-an berkarir sehinga melupakan tugas utama seorang ibu yang menjadi "taman surga" bagi anaknya.

Si istri menyalahkan suami yang setiap hari bicaranya hanya soal duit, duit dan duit.

Pertengkaran pun memuncak, si suami menyebutkan kata cerai untuk nya.

Si istri menjerit dan membanting semua yang ada di sekitarnya, termasuk foto keluarga yang ada di sampingnya.

Foto itu adalah foto dirinya, suaminya dan anaknya yang sedang tersenyum di suatu taman yang pernah dikunjunginya.
Foto itu baru saja dipasang satu bulan sebelum Rasyad sang anak masuk rumah sakit.

Foto itu dilemparkan, kacanya pecah berserakan, sebagian mengenai wajah sang suami.
Tak sengaja, di balik foto itu ada tulisan anaknya, berbunyi,
"Mama Papa, semoga kita bertiga senantiasa menyatu sampai di akhirat kelak."

Suami istri ini akhirnya terdiam, lama saling memandang, akhirnya terlarut dalam tangisan jiwa yang mendalam.
Merekapun saling mendekat, kemudian saling merangkul. Suaminya berbisik, "Kita tidak boleh berpisah. Kita harus bersatu selalu, dengan anak kita, sampai ajal menjemput kelak."

Setelah mereka rujuk, ada perubahan mendasar dalam kehidupan mereka. Perubahan yang secara tiba2 karena suatu peristiwa luar biasa yang menyentuh diri sehingga menjadi landasan pacu titik balik kehidupan dalam psikologi disebut dengan epifani.

Konsep kehidupannya yang awalnya adalah kerja, kerja dan kerja berubah menjadi ibadah, ibadah dan kerja.

Sejak saat itu definisi hidupnya berubah dari "having mood" menjadi "being mood".
Having mood adalah perasaan bangga karena memiliki walau tidak bisa menikmati dan memanfaatkan. Sementara being mood adalah merasa bangga dan bersyukur dengan apa yang dijalani walau tak banyak yang dia miliki.

Orang yang punya 10 mobil, tapi yang digunakan hanya satu saja. Merasa nyaman dan gengsi dengan kepemilikannya itu padahal tidak digunakannya, maka ia terjangkit penyakit "having mood."

Sementara yang tidak punya mobil, tapi bisa menikmati hari2-nya walaupun dengan naik kendaraan umum, maka ia tipe orang bahagia dengan "being mood."

Kita termasuk yang mana..?

Orang tua Rasyad ini kemudian mewakafkan beberapa rumah dan cottage yang dimilikinya untuk  menjadi pusat kegiatan agama yang diberi nama Rasyad Foundation.

Semoga kita dapat menghargai anak2 kita sebagai anugerah dan menjadi
anugerah bagi yang lainnya.

Mari kita melawati hari kita dengan sederhana dan bersyukur.